CAPUT
SUCCEDANEUM
A. PENGERTIAN
Pembengkakan pada suatu tempat di kepala karena
adanya timbunan getah bening di bawah lapisan aponerosa di luar periostium yang
disebabkan karena tekanan dari jalan lahir kepada kepala anak.
Karena tekanan ini vena menjadi tertutup, tekanan
dalam capilair veneus meninggi hingga cairan masuk ke dalam jaringan longgar di
bawah lingkaran tekanan dan pada tempat yang terendah. Biasanya terdapat caput
ini pada presentasi kepala, sesuai dengan posisi bagian yang bersangkutan.
Caput succedaneum jelas tampak pada bayi setelah lahir, kemudian akan mengecil
dan menghilang beberapa jam kemudian tanpa memerlukan pengobatan secara khusus.
Biasanya menghilang setelah 2-5 hari.
Caput succedaneum terjadi pada :
1. Anak hidup, tidak terjadi pada anak yang mati.
2.
Terbentuk sewaktu persalinan sesudah selaput ketuban
pecah.
3. His cukup kuat, makin kuat his makin besar caput
succedaneum.
4. Selalu terjadi pada bagian yang terendah dari
kepala.
Jadi, sebaliknya kalau
kita meraba caput succedaneum maka kita tahu bahwa :
1. Ketuban sudah pecah
2. Kekuatan his dapat dinilai dari besarnya caput
3. Anak masih hidup waktu ketuban pecah
4. Tempatnya caput menentukan bagian terendah kepala.
B. ETIOLOGI
1.
Tekanan jalan terhadap kepala anak.
2. Partus lama.
3. Persalinan dengan tindakan
C. GEJALA
1. Adanya edema di kepala, biasanya terjadi pada bagian
kepala yang paling bawah waktu kepala bayi dilahirkan.
2. Perabaan terasa lembut dan lunak.
3. Edema melewati sutura.
4. Batas tidak jelas.
5.
Menghilang dalam 2-3 hari tanpa pengobatan.
D. PENATALAKSANAAN
1. Bayi dirawat seperti pada perawatan bayi normal.
2. Awasi keadaan umum bayi.
3. Lingkungan yang baik, cukup ventilasi dan masuk
sinar matahari.
4. Pemberian ASI yang adekuat, menetekkan dengan
tiduran untuk mengurangi anak sering diangkat.
5. Mencegah terjadinya infeksi dengan personal hygiene
yang baik.
6. Memberikan penyuluhan kepada orang tua, seperti :
a.
Trauma pada bayi jangan membuat ibu cemas.
b. Perawatan bayi sehari-hari.
c.
Manfaat dan cara pemberian ASI.
CEPHAL HAEMATOM
A. PENGERTIAN
Cephal hematoma adalah perdarahan sub periosteal
akibat kerusakan jaringan poriestum karena tarikan atau tekanan jalan lahir.
Dan tidak pernah melampaui batas sutura garis tengah. Tulang tengkorak yang
sering terkena adalah tulang temporal atau parietal ditemukan pada 0,5-2 % dari
kelahiran hidup. (Menurut P.Sarwono.2009. Pelayanan Kesehatan Matemal dan
Neonatal ; Bagus Ida Gede Manuaba. 1998; Prawiraharjo, Sarwono. 2009. Ilmu Kebidanan)
B. ETIOLOGI
1. Persalinan lama.
Persalinan yang lama
dan sukar, dapat menyebabkan adanya tekanan tulang pelvis ibu terhadap tulang
kepala bayi, yang menyebabkan robeknya pembuluh darah.
2. Tarikan vakum atau cunam .
Persalinan yang dibantu
dengan vacum atau cunam yang kuat dapat menyebabakan penumpukan darah akibat
robeknya pembuluh darah yang melintasi tulang kepala ke jaringan periosteum.
3. Kelahiran sungsang yang mengalami kesukaran
melahirkan kepala bayi.
( Menurut : Prawiraharjo, Sarwono. 2009. Ilmu Kebidanan )
( Menurut : Prawiraharjo, Sarwono. 2009. Ilmu Kebidanan )
C. TANDA DAN GEJALA
Berikut ini adalah tanda-tanda dan gejala Cephal
hematoma:
1. Adanya fluktuasi.
2. Adanya benjolan, biasanya baru tampak jelas setelah
2 jam setelah bayi lahir .
3. Adanya chepal
hematoma timbul di daerah tulang parietal berupa benjolan timbunan kalsium dan
sisa jaringan fibrosa yang masih teraba. Sebagian benjolan keras sampai umur
1-2 tahun.
( Menurut : Prawiraharjo, Sarwono.2009.Ilmu
Kebidanan )
D. PENATALAKSANAAN
Cephal
hematoma umumnya tidak memerlukan perawatan khusus. Biasanya akan mengalami
resolusi khusus sendiri dalam 2-8 minggu tergantung dari besar kecilnya
benjolan. Namun apabila dicurigai adanya fraktur, kelainan ini akan agak lama
menghilang (1-3 bulan) dibutuhkan penatalaksanaan khusus antara lain :
1. Menjaga
kebersihan luka.
2. Tidak
boleh melakukan massase luka/benjolan Cephal hematoma.
3. Pemberian
vitamin K.
4. Bayi
dengan Cephal hematoma tidak boleh langsung disusui oleh ibunya karena
Pergerakan dapat mengganggu pembuluh darah yang mulai pulih.
(Menurut : Manuaba. Ida Bagus Gede,
1998. Ilmu Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana Untuk Pendidikan Bidan)
5. Jangan sering diangkat dari tempat tidur.
6.
Tidak
boleh melakukan aspirasi dari cairan darah, karena akan hilang sendirinya oleh
absorbsi.
7.
Cegah timbulnya infeksi.
8.
Tidak diperlukan pengobatan.
DAFTAR PUSTAKA
Ridha, Novea Illahi.2006. Asuhan Kebidanan Pada BBL Dengan Caput
Succedaneum. Banjarmasin
: Perpustakaan
Aziz, A. Alimul Hidayat .2008.Asuhan Neonatus, Bayi, dan Balita. Jakarta : EGC
Prawirohardjo, Sarwono.2009. Ilmu Kebidanan. Jakarta : PT. Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo
Bagus, Ida Gde Manuaba.1998.Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan KB.
Jakarta : EGC
No comments:
Post a Comment