WELCOME TO MY BLOG.... :)
Please Enjoy Your Self

Tuesday, October 30, 2012

Standar Pelayanan Kebidanan

Standar 11
Pengeluaran Plasenta Dengan Penegangan Tali Pusat

Tujuan :
Membantu pengeluaran plasenta dan selaputnya secara lengkap tanpa menyebabkan perdarahan.

Persyaratan Standar
Bidan melakukan penegangan tali pusat dengan benar untuk membantu pengeluaran plasenta dan selaput ketuban secara lengkap. 
Hasil
·      Ibu dengan resiko perdarahan post partum primer mendapatkan penangan yang memadai.
·      Menurunkan kejadian perdarahan post partum akibat salah penanganan kala III.

 
Prasyarat :
1.    Bidan sudah terlatih dalam membantu pengeluaran plasenta secara lengkap dengan tali pusat secara benar.
2.    Adanya alat dan bahan untuk melahirkan plasenta, termasuk air bersih, larutan klorin 0,5% untuk dekontaminasi, sabun dan handuk bersih untuk cuci tangan dan juga tempat untuk plasenta. Sebaiknya bidan menggunakan sarung tangan yang bersih.
3.    Tersedia oksitosika yang dikirim dan disimpan dengan benar.
Proses :
1.         Masukan oksitosika (oksitosin 10 IU IM) ke dalam alat suntik menjelang persalinan.
2.         Setelah lahir, periksa kemungkinan adanya bayi kembar. Jika tidak ada, beri oksitosika secara IM secepatnya. (kecuali jika terdapat hal lain yang mengharuskan pemberian secara IV).
3.         Tunggu tanda terlepasnya plasenta (yaitu fundus mengeras dan bulat, keluarnya tetesan darah, fundus naik, tali pusat memanjang) periksa fundus untuk mengetahui adanya kontraksi, keluarkan gumpalan jika perlu.
4.         Bantu ibu untuk bersandar atau berbaring untuk pengeluaran plasenta dan selaputnya.
5.         Jika plasenta sudah terlepas dari dinding uterus, letakkan tangan kiri di atas simfisis pubis untuk menahan korpus uteri, dan regangkan tali pusat dengan tangan yang lain tetapi jangan ditarik. Mula-mula regangkan diarahkan kea rah bawah, lalu secara perlahan diregangkan ke arah atas dengan mengikuti sumbu jalan lahir. Jangan menekan fundus karena dapat mengakibatkan inversio uteri. 
6.         Jika plasenta sudah tampak dari luar, secara bertahap tarik ke atas sehingga plasenta mengikuti jalan yang sama dengan bayi. Lepaskan tangan kiri dari perut, untuk menerima plasenta.
7.         Keluarkan selaput dengan hati-hati. (hal ini harus dikerjakan secara perlahan dan hati-hati. Jangan ditarik karena selaput mungkin robek).
8.         Begitu plasenta sudah lahir secara lengkap, periksa apakah uterus berkontraksi dengan baik. (Mungkin perlu mengadakan gumpalan darah, dan mengusap fundus dari luar agar uterus berkontraksi, jika uterus tidak keras dan bulat).
9.         Taksir jumlah kehilangan darah secermat-cermatnya.
10.     Periksa apakah plasenta telah dilahirkan secara lengkap. Jika tidak lengkap, ulangi pemberian oksitosin jika perdarahan tidak banyak dan rumah sakit dekat, ibu segera rujuk. Bila perdarahan banyak dan rumah sakit jauh, lakukan plasenta manual (lihat standar 21) untuk penanganan perdarahan, lihat standar 22.
11.     Bersihkan vulva dan perineum dengan air bersih, tutup dengan pembalut wanita/kain kering yang bersih.
12.     Periksa tanda-tanda vital. Catat semua temuan secermat-cermatnya.
13.     Berikan plasenta kepada suami/keluarga ibu.


INGAT !!!
·      Obat oksitosin menurun efektivitasnya jika tidak disimpan pada suhu 2 sampai 80C. Karena itu, simpanlah oksitosika dilemari es dan hindari cahaya.bila dikeluarkan dari lemari es, oksitosika dapat bertahan paling lama 1 bulan pada temperature 300C atau 2 minggu pada 400C.
·      Dilarang menggunakan oksitosika sebelum bayi lahir.
·      Tanda-tanda pelepasan plasenta : fundus berkontraksi dengan baik, keluarnya darah, fundus baik dan tali pusat memanjang.
·      Dilarang menekan fundus.
·      Dilarang menarik tali pusat dengan kuat.
·      Hentikan penegangan tali pusat jika terasa nyeri.
·      Jika tidak yakin apakah plasenta lahir lengkap, ikuti standar 23 untuk melakukan manual plasenta. Jika bidan belum terampil, ibu segera rujuk.


Standar 12
Penanganan Kala 1 Dengan Gawat Janin Melalui Episiotomi
    
Persyaratan Standar
Bidan mengenali secara tepat tanda-tanda gawat janin pada kalaII yang lama, dan segara melakukan episiotomy dengan ama untuk memperlancar persalinan, diikuti dengan penjahitan perineum.


Hasil :
·   Penurunan kejadian asfiksia neonatorum berat
·   Penurunan kejadian lahir mati pada kala II
·   Penurunan kejadian sepsis puerperlis

Tujuan : mempercepat persalinan dengan melakukan episiotomi pada keadaan gawat janin.

Persyaratan :
1.    Bidan Sudah terlatih dalam melaksanakan episiotomy dan menjahit perineum secara benar
2.    Tersedia alat/bahan untuk melakukan episiotomy, termasuk gunting tajam yang steril, dan alat/bahan untuk penjahitan perineum (berika anestesi local misalnya dengan 10ml 1 % lignokain/lidokain dan alat suntik/jarum hipodermik steril)
3.    Menggunakan kartu ibu
Proses :
Jika ada tanda-tanda gawat janin berat dan kepala sudah terlihat, maka satu-satunya cara yang dapat dilakukan oleh bidan untuk menyelamatkan janin adalah dengan melakukan episiotomy.

Bidan harus :
1.         Mempersiapkan alat-alat steril untuk tindakan ini. Memberitahu ibu tentang perlunya episiotomy dilakukan dan yang akan dirasakannya
2.         Anastesi local diberikan pada saat his. Sebelum menyuntikannya, tarik jarum sedikit (untuk memastikan jarum tidak menembus pembuluh darah) masukkan dua jari tangan kiri ke dalam vagina untuk melindungi kepala bayi, dan dengan tangan kanan tusukkan jarum sepanjang garis yang akan digunting (sebaiknya dilakika insisi medio-lateral). Masukan anestestesi perlahan-lahan, sambil tarik alat suntik perlahan sehingga garis yang akan digunng teranestesi
3.         Tunggu satu menit agar anestesinya bekerja, laukan tes kekebalan.
4.         Pada puncak his brikutnya, lindungi kepala janin seperti diatas, kemudian lakukan pengguntuingan tunggal yang mantap
5.         Lindungi kepala bayi dengan tangan kiri agar kelahita kepala terkendali dan tidak terlalu cepat. Mintaibu untuk meneran diantara dua his. Kemudian lahirkan bayi secara normal.
6.         Begitu bayi lahir, tutpi perineum denga pembalut steril dan lakukan resusitasi neonates jika diperlukan.
7.         Lahirkan plasenta secara lengkap, sesuai dengan standar 11
8.         Segera sesudah plasenta dikeluarkan, lakukan penjahitan secara aseptic denga peralatan yang steril
9.         Lakukan penjahitan secara berlapis. Mulai dari vagina, lalu perineum
10.     Sesudah penjahitan, masukan jari dengan hati-hati ke rectum untuk memastikan bahwa penjahitan tidak menembus dinding rectum. Bila hal ini terjahit, lepaskan jahitan dan lakukan jahitan ulang. Periksa vagina dan pastikan tidak ada bahan yang tertinggal
11.     Bersihkan perineum dengan air bersih, usahakan agar ibu merasa bersih dan nyaman. Periksa apakah perdarahan dari daerah insisi sudah berhenti. Bila perdarahan masih ada periksa sumbernya. Bila berasal dari luka episiotomy temukan titik perdarahan dan segera ikat, jika bukan, ikuti standar 22
12.     Pastika bahwa ibu diberitahu agar menjaga perineum tetap bersih dan kering. Serta menggunakan pembalut wanita yang steril/kain kering yang bersih
13.     Catat semua temuan secermat-cermatnya
Riset menunjukan :
1.    Robekan perineum akan sembuh sebaik luka pengguntingan, sehigga kekhawatiran akan terjadinya robekan perineum bukan merupakan indikasi episiotomy
2.    Episiotomy yang efektif dan tepat waktu dapat menyelamatkan jiwa janin yang mengalami gawat janin
3.    Semakin cepat episiotomi dijahit maka semakin kecil risko ternajinya infeksi



 
 
INGAT !!
1.      Gawat janin pada kala I selalu memerlukan rujukan segera
2.      Episiotomy hanya bermanfaat pada kala II, ketika perineum sudah meregang dan kepala sudah tampak di vulva. Jika kepala masih tinggi ibu segera di rujuk
3.      Tanda-tanda gawat jani :
·      DJJ di bawah 120 atau diatas 160 atauDJJ tidak segera  kembali normal setelah HIS
·      Adanya mekonium




No comments:

Post a Comment